Selasa, 25 November 2014

Status Gizi Balita



SOAL UTS KOMPUTER DASAR T.A 2014/2015
JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES PADANG

Status Gizi Balita
Prevalensi nasional gtizi buruk pada balita adalah adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan baik terget Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), mauopun terget Milinium Development Goals pada 2015 (18,5%) telah mencapai 2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang  diatas prevalensi nasional , yaitu Naggro Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat,dan Papua
Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada balita tertinggi berturut-turut adlah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeleu (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%)< Mamuju Utara (39,1%) Tapanuli Utara (38,3 %), Kupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/ kota prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul (7,4%), Bandung (7,5%), Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).

Pelangi di Saat Mendung



Pelangi di Saat Mendung
by: Nurmella Hijrah Sri Kasnadi

Pagi itu langit begitu cerah, matahari mulai memancarkan sinarnya pada dunia, burung-burung berkicauan, menyanyikan lagu indah untuk dirinya sendiri, dan kokokan ayam pun saling bersahutan. Semua telah beraktifitas kecuali, Aku J.
Aku  masih berada dalam istanaku, melayang bersama mimpi indah yang membawaku masuk dalam dunia khayal. Jam bekker tak henti-hentinya berteriak menyuruh siapapun yang mendengarnya untuk bergegas bangun, namun aku tak menghiraukannya, aku hanya menekan tombol jam bekker agar jam bekker berhenti berteriak- teriak, lalu kembali kealam mimpi. Mungkin ini karna tadi malam aku bergadang nonton piala dunia bersama ayah. Diruang makan terdengar bunda menyiapkan sarapan sambil terus berteriak membangunkan ku. “nis, nisa bangun nak, sudah jam berapa ini? Kamu ngak sekolah? Katanya hari ini terima rafor, ayo cepat bangun.” Berulang kali bunda meneriakkan kata-kata yang sama agar aku bangun, namun aku tak menghiraukannya. Aku rasa hanya aku yang tidak terganggu dengan teriakan bunda, buktinya aja ayah langsung mengetuk pintu kamarku membantu bunda membangunkanku, “nis bangun, dengar budamu dari tadi berteriak-teriak sampai-sampai semua ayam ayah kabur dari kandang.” “iya ayah nisa udah bangun kok” dengan suara malas aku menjawab panggilan ayah, terkadang ayah bercandanya berlebihan, masak iya suara bunda bisa bikin ayam yang ada dikandang kabur, iish. Tapi ternyata memang benar kata ayah, setelah aku keluar kamar dengan membawa handuk warna hitam kesayanganku, menuju kamar mandi, ku lihat ayah berlarian mengejar ayam yang keluar dari kandang. Bunda memang berlebihan,, membangunkanku saja sampai seperti ini, huh kasian ayah, yang sabar ya ayah. L. But I am really love her J.
Setelah selesai sarapan, aku langsung menghidupkan motor beat pink kesayangan ku, sekolah ku tidak terlalu jauh dari rumah, hanya membutuhkan waktu sekitar ± 15 menit dengan motor, dikampungku anak seusia aku sudah diperbolehkan membawa kendaraan sendiri. Ditemani motor kesayangan, aku menuju sekolah, sebelumnya aku harus jemput sahabat aku dulu, well I have a good bestfriend, namanya Dewi, kami sudah berteman dari kecil, dan kami selalu pergi kemana-mana bersama salain sama si pink beat kesayanganku, tentunya. Setelah aku jemput dia, kami segera pergi kesekolah. Dalam perjalanan kami merasa sangat bahagia, bernyanyi dan tertawa bersama.
Tidak lama kemudian aku sampai disekolah dan langsung mengikuti semua acara yang sangat membosankan, ikut berbaris rapi dan mendengarkan ceramah dari kepsek yang ku rasa takkan ada habisnya. Akhirnya semua acara telah selesai, terutama acara yang bikin kantuk menyerang J. Setelah menyelesaikan urusan ini itu, aku dan teman-teman sekelasku pergi ke pantai. Pantai yang kami tuju tidak terlalu jauh letaknya dari sekolah, kami kesana menggunakan mobil pick up, maklum lah karna kami tinggal didesa hehe, meskipun begitu semua terasa menyenangkan.
Setibanya dipantai semua teman-temanku berlari mencari tempat yang menyenangkan bagi mereka dan bermain sesuka hatinya, aku malas untuk ikut bersama mereka, dan ku putuskan untuk berjalan menyusuri pantai seorang diri. “auh” aku terlalu semangat berjalan hingga aku tak menyadari ada batu didepanku, aku pun terjatuh. Sepasang tangan terjulur padaku “ lo gak papa kan?” suaranya terdengar tegas dan lantang, tapi mendamaikan. Aku menengadahkan kepalaku untuk melihat siapa pemilik sepasang tangan yang kini telah mengenggam tanganku. Dia tersenyum, senyumnya dingin tapi sangat indah dan mempesona, membuat jantungku berdebar kencang, darah mengalir secara abnormal, dan aku rasa pipiku mulai memanas dalam seketika. “iya gue gak papa, thanks ya udah bantuin gue J”. Yoniffa  adalah temanku sekaligus orang yang mampu membuat hatiku merasakan sesuatu. “ lo ngapain disini?” “hah? Eh aku liat- liat aja, disini pemandangannya bagus, lo sendiri ngapain?” “ karna gue suka suasananya.” Dia beda dari yang lain, terkadang dia dingin dan ngak peduli, tapi kadang dia penuh perhatian. “ main yuk” lagi-lagi dia membuatku terkejut, tanpa nunggu jawaban dariku dia langsung menarik tanganku. Kami bermain bersama, berlari-larian, dan mencari umang-umang disekitar pantai. Aku merasa sangat bahagia pada saat-saat seperti ini, karena aku bisa berdua dengannya, ini adalah hal yang sudah lama aku mimpikan.
Susasana hari ini begitu menyenangkan apalagi saat aku bersamanya, kami sudah lelah bermain dan kami kembali ke pondok yang ada disekitar pantai untuk makan bersama teman-teman yang lainnya. Sikap dia kembali dingin ketika kami sudah bersama teman-teman yang lainnya, dia kembali cuek lagi. Sebenaranya dia itu apa sih? Aku  bingung sendiri melihat tingkahnya. Tadi dia begitu perhatian, sekarang dia ngak peduli lagi sama aku. Apa aku salah mengartikan sikapnya padaku? Oh no! rasanya aku yang terlalu berharap dia suka sama aku, padahal mungkin saja tadi dia Cuma merasa kasian sama aku, karna aku sendirian, ya mana mungkin orang kayak dia bisa suka sama aku. Lagi-lagi aku mengutukki diriku sendiri, karena aku sudah terlalu banyak berharap pada sesuatu yang mustahil terjadi.
Hari semakin larut, dan kami memutuskan untuk pulang. Pak jhon wali kelasku mendata kami semua, katanya supaya ngak ada yang hilang, haha kayak anak tk aja ya. Tapi itu peraturan, whatever lah, yang penting kami senang. Oke back to the story. Mobil yang tadi mengantar kami sekarang udah ada di bawah pohon cemara yang paling tinggi. Kami semua berlari menuju mobil, agar dapat tempat yang paling nyaman. Yoniffa berdiri didepan dan diapit sahabatku yang juga menyukainnya, karna mereka pelari pertama jadi mereka mendapatkan tempat yang paling nyaman. Rasanya aku ingin marah sama dia, tapi aku sadar aku ngak ada hak buat marah sama dia, jadi aku hanya diam dan menyimpan api cemburu padanya. Bukan kah aku selalu melakukannya? Ya selalu! Aku juga menyimpan seribu sapa untuknya, tapi tak ada satupun yang pernah keluar dari mulutku. Well  Karna  aku tiba terakhiri, ya terpaksa deh duduk ditempat yang tersisa. Mobil pick up ini ngak pakek pengaman jadi kita Cuma duduk dipinggir mobil dan Pegangan yang kuat pada besi disampingnya. Mobil mulai berjalan dan saat itu aku lengah, tangan ku terlepas dari pengangan. Aku jatuh tapi dengan posisi yang sangat tidak menyenangkan karna kakiku masih nyangkut di mobil, jadi Cuma sebagian badan ku yang jatuh, terutama kepala ku. Aku takut, takut sekali, kepala ku terasa pusing dan perutku sangat mual. Semua terasa hitam, gelap dan menakutkan. Seketika aku merasa mungkin inilah rasanya kematian,dan aku rasa aku akan mengalaminya jika mobil terus berjalan. Air mata mulai berlinang membasahi pipiku, terus menerus. Aku tidak tau berapa lama aku tergantung dimobil ini, yang aku tau mobil sudah berhenti tapi rasa takut ku belum juga hilang. Saat rasa cemas menghantuiku tiba-tiba aku merasakan sepasang tangan yang menopang tubuhku, dan membantuku mengangkat kepala. Mataku masih berkunang-kunang dan aku coba melihat siapa yang membantuku. Ternyata dia adalah yopi salah satu teman baikku. Aku kaget ketika dia tiba-tiba memelukku, sangat erat hingga aku mulai susah bernafas, sayup-sayup aku mendengar dia berbisik di telinga ku. “ kamu baik-baik aja kan?” rasanya mulut ku masih susah untuk terbuka dan aku hanya bisa menjawab pertanyaannya “ya”.
Setelah beberapa menit, keaadan kembali normal dan mobil kembali melaju. Semua terlihat cemas melihatku lalu, yopi mendekatiku dan menggenggam tanganku kembali.” Nis ada sesuatu yang perlu kita bicarakan.” “ apa? Ngomong aja, oh ya thanks banget buat tadi ya.” “ ya sama-sama  nis, jujur aku tadi kuatir banget sama kamu. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu.” Saat yopi mengatakan itu semua mataku melirik yoniffa dia masih dalam posisinya yang tadi, apa dia ngak kuatir sama aku? Kenapa dia ngak nanya keadaanku? Namun dia malah diam dan terus memandang kedepan, rasanya begitu sakit, lebih sakit dari pada yang baru saja ku alami. Susah ya jika kita mencintai orang yang sama sekali tidak mencintai kita. “nis” yopi menyadarkanku, “eh iya maaf ya, soalnya masih agak pusing nih hehe oh ya kamu tadi ngomong apa?” “ aku sayang kamu nis, aku mau kamu jadi teman special di hatiku, aku mau kamu jadi pacar aku” “hah? Kamu bercanda deh, kita kan udah lama temenan, emangnya sejak kapan kamu suka sama aku?” aku sangat kaget mendengar pengakuan dari yopi, aku ngak pernah berfikir akan hal ini, karena aku dan yopi sudah berteman lama. Oh tuhan kenapa kau kirimkan pelangi di saat mendung tuhan?. “ aku sendiri ngak tau pastinya nis, aku merasa nyaman setiap aku dekat sama kamu, dan akau merasa sedih setiap kali kamu bermain dengan cowok lain, nis mau kan kamu jadi pacar aku?” yopi kembali bertanya, dan aku hanya bisa diam seribu bahasa, aku berharap yoniffa yang mengatakan ini padaku, tapi kenapa jadi begini? Apa yang harus aku lakukan? Tuhan tolong aku?. “ tapi aku udah nyaman sama pertemanan kita dan aku ngak tau gimana jadinya kalau kita jadian nanti” “ nis tolong beri aku kesempatan untuk menjadi lebih dari sahabat mu nis, aku yakin jika kita sudah menjalani nya baru kita tau  kita lebih pantas menjadi sepasang kekasih atau sahabat nis, aku mohon” yopi berlutut sambil menggenggam tanganku, tak kusangka beberapa pasang mata sedang menatap kami, tatapan mata mereka serasa menghujamku, aku bisa merasakannya, ada tatapan senang dan ada tatapan benci, namun tiba-tiba saja mereka serentak berteriak sambil bertepuk tangan “ terima, terima, terima ,terima” mereka terus berteriak dan aku harus memutuskan apa yang harus aku lakukan, sekali lagi sebelum aku memutuskannya, aku melirik yoniffa dia bener-bener gak peduli buktinya saja ketika teman-teman mendukung aku dan yopi dia tetap menatap kedepan tak sekalipun ia melihat kami. Sekarang baru aku yakin dengan keputusan ku. “ ya aku mau kok jadi pacar kamu” tepuk tangan sangat meriah dari teman –temanku setelah aku menerima yopi jadi pacarku. Untuk terakhir kalinya aku melirik yoniffa, dan tak sengaja dia juga sedang melirikku, tatapan kami bertemu dan kami saling pandang untuk beberapa saat, sebelum akhirnya ia berpaling dariku. Aku melihat tatapan kecewa dan sedih darinya. Benarkah ia sedih? Kenapa? Apa dia ngak rela aku sama yopi?. Oh no itu ngak mungkin buktinya sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak sama teman-temannya. Ya mungkin ini memang pilihan yang baik yang sudah aku tentukan, yopi juga orang yang baik dan penyayang, jadi aku harus bisa mencintai yopi dan melupakan perasaanku terhadap yoniffa untuk selamanya. Yopi bagaikan pelangi disaat mendung, datang disaat aku terluka dan sedih mencoba untuk memberi sinar kebahagiaan untukku.