Pelangi di Saat
Mendung
by: Nurmella Hijrah Sri Kasnadi
Pagi itu langit begitu cerah, matahari mulai memancarkan
sinarnya pada dunia, burung-burung berkicauan, menyanyikan lagu indah untuk
dirinya sendiri, dan kokokan ayam pun saling bersahutan. Semua telah
beraktifitas kecuali, Aku J.
Aku masih berada dalam istanaku, melayang bersama
mimpi indah yang membawaku masuk dalam dunia khayal. Jam bekker tak
henti-hentinya berteriak menyuruh siapapun yang mendengarnya untuk bergegas
bangun, namun aku tak menghiraukannya, aku hanya menekan tombol jam bekker agar
jam bekker berhenti berteriak- teriak, lalu kembali kealam mimpi. Mungkin ini
karna tadi malam aku bergadang nonton piala dunia bersama ayah. Diruang makan
terdengar bunda menyiapkan sarapan sambil terus berteriak membangunkan ku. “nis,
nisa bangun nak, sudah jam berapa ini? Kamu ngak sekolah? Katanya hari ini
terima rafor, ayo cepat bangun.” Berulang kali bunda meneriakkan kata-kata yang
sama agar aku bangun, namun aku tak menghiraukannya. Aku rasa hanya aku yang
tidak terganggu dengan teriakan bunda, buktinya aja ayah langsung mengetuk
pintu kamarku membantu bunda membangunkanku, “nis bangun, dengar budamu dari
tadi berteriak-teriak sampai-sampai semua ayam ayah kabur dari kandang.” “iya
ayah nisa udah bangun kok” dengan suara malas aku menjawab panggilan ayah,
terkadang ayah bercandanya berlebihan, masak iya suara bunda bisa bikin ayam
yang ada dikandang kabur, iish. Tapi ternyata memang benar kata ayah, setelah
aku keluar kamar dengan membawa handuk warna hitam kesayanganku, menuju kamar
mandi, ku lihat ayah berlarian mengejar ayam yang keluar dari kandang. Bunda
memang berlebihan,, membangunkanku saja sampai seperti ini, huh kasian ayah,
yang sabar ya ayah. L. But I am really love her J.
Setelah selesai sarapan, aku langsung menghidupkan motor
beat pink kesayangan ku, sekolah ku tidak terlalu jauh dari rumah, hanya
membutuhkan waktu sekitar ± 15 menit dengan motor, dikampungku anak seusia aku
sudah diperbolehkan membawa kendaraan sendiri. Ditemani motor kesayangan, aku
menuju sekolah, sebelumnya aku harus jemput sahabat aku dulu, well I have a
good bestfriend, namanya Dewi, kami sudah berteman dari kecil, dan kami selalu
pergi kemana-mana bersama salain sama si pink beat kesayanganku, tentunya.
Setelah aku jemput dia, kami segera pergi kesekolah. Dalam perjalanan kami
merasa sangat bahagia, bernyanyi dan tertawa bersama.
Tidak lama kemudian aku sampai disekolah dan langsung
mengikuti semua acara yang sangat membosankan, ikut berbaris rapi dan
mendengarkan ceramah dari kepsek yang ku rasa takkan ada habisnya. Akhirnya
semua acara telah selesai, terutama acara yang bikin kantuk menyerang J.
Setelah menyelesaikan urusan ini itu, aku dan teman-teman sekelasku pergi ke
pantai. Pantai yang kami tuju tidak terlalu jauh letaknya dari sekolah, kami
kesana menggunakan mobil pick up, maklum lah karna kami tinggal didesa hehe,
meskipun begitu semua terasa menyenangkan.
Setibanya dipantai semua teman-temanku berlari mencari
tempat yang menyenangkan bagi mereka dan bermain sesuka hatinya, aku malas
untuk ikut bersama mereka, dan ku putuskan untuk berjalan menyusuri pantai
seorang diri. “auh” aku terlalu semangat berjalan hingga aku tak menyadari ada
batu didepanku, aku pun terjatuh. Sepasang tangan terjulur padaku “ lo gak papa
kan?” suaranya terdengar tegas dan lantang, tapi mendamaikan. Aku menengadahkan
kepalaku untuk melihat siapa pemilik sepasang tangan yang kini telah mengenggam
tanganku. Dia tersenyum, senyumnya dingin tapi sangat indah dan mempesona,
membuat jantungku berdebar kencang, darah mengalir secara abnormal, dan aku
rasa pipiku mulai memanas dalam seketika. “iya gue gak papa, thanks ya udah
bantuin gue J”. Yoniffa adalah temanku
sekaligus orang yang mampu membuat hatiku merasakan sesuatu. “ lo ngapain
disini?” “hah? Eh aku liat- liat aja, disini pemandangannya bagus, lo sendiri
ngapain?” “ karna gue suka suasananya.” Dia beda dari yang lain, terkadang dia
dingin dan ngak peduli, tapi kadang dia penuh perhatian. “ main yuk” lagi-lagi
dia membuatku terkejut, tanpa nunggu jawaban dariku dia langsung menarik
tanganku. Kami bermain bersama, berlari-larian, dan mencari umang-umang
disekitar pantai. Aku merasa sangat bahagia pada saat-saat seperti ini, karena
aku bisa berdua dengannya, ini adalah hal yang sudah lama aku mimpikan.
Susasana hari ini begitu menyenangkan apalagi saat aku
bersamanya, kami sudah lelah bermain dan kami kembali ke pondok yang ada disekitar
pantai untuk makan bersama teman-teman yang lainnya. Sikap dia kembali dingin
ketika kami sudah bersama teman-teman yang lainnya, dia kembali cuek lagi.
Sebenaranya dia itu apa sih? Aku bingung sendiri melihat tingkahnya. Tadi
dia begitu perhatian, sekarang dia ngak peduli lagi sama aku. Apa aku salah
mengartikan sikapnya padaku? Oh no! rasanya aku yang terlalu berharap dia suka
sama aku, padahal mungkin saja tadi dia Cuma merasa kasian sama aku, karna aku
sendirian, ya mana mungkin orang kayak dia bisa suka sama aku. Lagi-lagi aku
mengutukki diriku sendiri, karena aku sudah terlalu banyak berharap pada
sesuatu yang mustahil terjadi.
Hari semakin larut, dan kami memutuskan untuk pulang. Pak
jhon wali kelasku mendata kami semua, katanya supaya ngak ada yang hilang, haha
kayak anak tk aja ya. Tapi itu peraturan, whatever lah, yang penting kami
senang. Oke back to the story. Mobil yang tadi mengantar kami sekarang udah ada
di bawah pohon cemara yang paling tinggi. Kami semua berlari menuju mobil, agar
dapat tempat yang paling nyaman. Yoniffa berdiri didepan dan diapit sahabatku
yang juga menyukainnya, karna mereka pelari pertama jadi mereka mendapatkan
tempat yang paling nyaman. Rasanya aku ingin marah sama dia, tapi aku sadar aku
ngak ada hak buat marah sama dia, jadi aku hanya diam dan menyimpan api cemburu
padanya. Bukan kah aku selalu melakukannya? Ya selalu! Aku juga menyimpan
seribu sapa untuknya, tapi tak ada satupun yang pernah keluar dari mulutku.
Well Karna aku tiba terakhiri, ya terpaksa deh duduk ditempat yang
tersisa. Mobil pick up ini ngak pakek pengaman jadi kita Cuma duduk dipinggir
mobil dan Pegangan yang kuat pada besi disampingnya. Mobil mulai berjalan dan
saat itu aku lengah, tangan ku terlepas dari pengangan. Aku jatuh tapi dengan
posisi yang sangat tidak menyenangkan karna kakiku masih nyangkut di mobil,
jadi Cuma sebagian badan ku yang jatuh, terutama kepala ku. Aku takut, takut
sekali, kepala ku terasa pusing dan perutku sangat mual. Semua terasa hitam,
gelap dan menakutkan. Seketika aku merasa mungkin inilah rasanya kematian,dan
aku rasa aku akan mengalaminya jika mobil terus berjalan. Air mata mulai
berlinang membasahi pipiku, terus menerus. Aku tidak tau berapa lama aku
tergantung dimobil ini, yang aku tau mobil sudah berhenti tapi rasa takut ku
belum juga hilang. Saat rasa cemas menghantuiku tiba-tiba aku merasakan
sepasang tangan yang menopang tubuhku, dan membantuku mengangkat kepala. Mataku
masih berkunang-kunang dan aku coba melihat siapa yang membantuku. Ternyata dia
adalah yopi salah satu teman baikku. Aku kaget ketika dia tiba-tiba memelukku,
sangat erat hingga aku mulai susah bernafas, sayup-sayup aku mendengar dia
berbisik di telinga ku. “ kamu baik-baik aja kan?” rasanya mulut ku masih susah
untuk terbuka dan aku hanya bisa menjawab pertanyaannya “ya”.
Setelah beberapa menit, keaadan kembali normal dan mobil
kembali melaju. Semua terlihat cemas melihatku lalu, yopi mendekatiku dan
menggenggam tanganku kembali.” Nis ada sesuatu yang perlu kita bicarakan.” “
apa? Ngomong aja, oh ya thanks banget buat tadi ya.” “ ya sama-sama nis,
jujur aku tadi kuatir banget sama kamu. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu.”
Saat yopi mengatakan itu semua mataku melirik yoniffa dia masih dalam posisinya
yang tadi, apa dia ngak kuatir sama aku? Kenapa dia ngak nanya keadaanku? Namun
dia malah diam dan terus memandang kedepan, rasanya begitu sakit, lebih sakit
dari pada yang baru saja ku alami. Susah ya jika kita mencintai orang yang sama
sekali tidak mencintai kita. “nis” yopi menyadarkanku, “eh iya maaf ya, soalnya
masih agak pusing nih hehe oh ya kamu tadi ngomong apa?” “ aku sayang kamu nis,
aku mau kamu jadi teman special di hatiku, aku mau kamu jadi pacar aku” “hah?
Kamu bercanda deh, kita kan udah lama temenan, emangnya sejak kapan kamu suka sama
aku?” aku sangat kaget mendengar pengakuan dari yopi, aku ngak pernah berfikir
akan hal ini, karena aku dan yopi sudah berteman lama. Oh tuhan kenapa kau
kirimkan pelangi di saat mendung tuhan?. “ aku sendiri ngak tau pastinya nis,
aku merasa nyaman setiap aku dekat sama kamu, dan akau merasa sedih setiap kali
kamu bermain dengan cowok lain, nis mau kan kamu jadi pacar aku?” yopi kembali
bertanya, dan aku hanya bisa diam seribu bahasa, aku berharap yoniffa yang
mengatakan ini padaku, tapi kenapa jadi begini? Apa yang harus aku lakukan?
Tuhan tolong aku?. “ tapi aku udah nyaman sama pertemanan kita dan aku ngak tau
gimana jadinya kalau kita jadian nanti” “ nis tolong beri aku kesempatan untuk
menjadi lebih dari sahabat mu nis, aku yakin jika kita sudah menjalani nya baru
kita tau kita lebih pantas menjadi sepasang kekasih atau sahabat nis, aku
mohon” yopi berlutut sambil menggenggam tanganku, tak kusangka beberapa pasang
mata sedang menatap kami, tatapan mata mereka serasa menghujamku, aku bisa
merasakannya, ada tatapan senang dan ada tatapan benci, namun tiba-tiba saja
mereka serentak berteriak sambil bertepuk tangan “ terima, terima, terima
,terima” mereka terus berteriak dan aku harus memutuskan apa yang harus aku
lakukan, sekali lagi sebelum aku memutuskannya, aku melirik yoniffa dia
bener-bener gak peduli buktinya saja ketika teman-teman mendukung aku dan yopi
dia tetap menatap kedepan tak sekalipun ia melihat kami. Sekarang baru aku
yakin dengan keputusan ku. “ ya aku mau kok jadi pacar kamu” tepuk tangan
sangat meriah dari teman –temanku setelah aku menerima yopi jadi pacarku. Untuk
terakhir kalinya aku melirik yoniffa, dan tak sengaja dia juga sedang
melirikku, tatapan kami bertemu dan kami saling pandang untuk beberapa saat,
sebelum akhirnya ia berpaling dariku. Aku melihat tatapan kecewa dan sedih
darinya. Benarkah ia sedih? Kenapa? Apa dia ngak rela aku sama yopi?. Oh no itu
ngak mungkin buktinya sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak sama
teman-temannya. Ya mungkin ini memang pilihan yang baik yang sudah aku
tentukan, yopi juga orang yang baik dan penyayang, jadi aku harus bisa
mencintai yopi dan melupakan perasaanku terhadap yoniffa untuk selamanya. Yopi
bagaikan pelangi disaat mendung, datang disaat aku terluka dan sedih mencoba
untuk memberi sinar kebahagiaan untukku.